Minggu, 22 November 2015

Membangun Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah

Membangun Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah

  
Hakikat Pendidikan Karakter
            Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan akan pentingnya pelaksanaan karakter yang baik di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara satu dengan lainnya. Demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau `berkarakter’ tercela).
Menurut Idup Suhady dan A.M Sinaga (2001:59) character building adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki, dan atau usaha membentuk tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
            Karakter peduli lingkungan yaitu suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memperbaiki dan mengelola lingkungan secara benar dan bermanfaat  sehingga dapat dinikmati secara terus menerus tanpa merusak keadaannya, turut menjaga dan melestarikan sehingga ada manfaat yang berkesinambungan. Warga sekolah peduli lingkungan adalah masyarakat sekolah yang berusaha meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran dan inisiatif untuk memerangi kerusakan lingkungan.
            Tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan adalah: 1) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan pengelolaan lingkungan yang benar; 2) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan; 3) Memupuk kepekaan peserta didik terhadap kondisi lingkungan sehingga dapat menghindari sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan; 4) Menanam jiwa peduli dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.
            Dari penjelasan tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan di atas, maka sangat jelas bahwa karakter itu sampai kapanpun diperlukan dalam rangka menopang keberlanjutan lingkungan hidup.

Aplikasi Pendidikan Karakter
Dalam upaya menyelamatkan lingkungan hidup, aplikasi pendidikan karakter yang dapat diterapkan yakni; 1) Membangun karakter peduli lingkungan melalui keteladanan. Membangun karakter peduli lingkungan dalam diri seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Keteladanan merupakan salah satu imbauan untuk digunakan dalam pengelolaan lingkungan sehingga terasa dampak yang muncul sangat dahsyat. Dalam dunia pendidikan sinergi antara rumah dan sekolah sangat membantu untuk membangun kepedulian lingkungan. Orang tua menjadi tempat pendidikan awal sebelum anak-anak mendapatkan pendidikan di tempat lain. Orang tua harus menanamkan kebiasaan peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
            Di sekolah peran guru amat penting dan prilaku kepedulian guru terhadap lingkungan akan menjadi ukuran keteladanan peserta didiknya. Kegiatan peduli lingkungan yang dapat dicontohkan oleh guru dan orang tua misalnya: 1) Cara membuang sampah yang baik, dan cara memisahkannya; 2) Cara menyiram tanaman dengan hemat air; 3) Cara penggunaan plastik kiloan, dan 4) Menanam pohon atau tanaman di sekitar rumah atau sekolah. Keberhasilan seorang guru menjadi teladan didasarkan pada upaya-upaya untuk menjadikan kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan guru sebagai usaha menjaga kelestarian lingkungan.
2) Membangun karakter peduli lingkungan melalui pembiasaan. Berbagai program di sekolah bisa dijadikan program untuk membangun karakter peserta didik peduli lingkungan. Karena itu langkah-langkah pembentukan karakter bisa dilakukan semua warga sekolah dan menjadi pembiasaan.
Pembiasaan yang dapat dilakukan adalah: a) Masukkan konsep karakter peduli lingkungan pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara: (a) Menanamkan nilai kebaikan/manfaat bagi kehidupan apabila lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya. Sebagai contoh fungsi pohon adalah untuk menahan laju air. Hutan mampu membuat lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah 60-80 persen. Dengan kemampuan ini, keberadaan pohon dapat meningkatkan cadangan air tanah.
Selain dapat menahan laju air, akar pohon berfungsi erosi tanah. Tanah yang terkikis akan masuk ke aliran sungai dan menyebabkan terjadinya endapan. Dengan memasukan konsep fungsi pohon diharapkan peserta didik memiliki kesadaran bahwa pohon memiliki nilai penting bagi lingkungan; (b) Menggunakan cara yang membuat peserta didik memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik bagi lingkungan hidup; (c) Mengembangkan sikap mencintai lingkungan hidup; dan (e) Melaksanakan kegiatan-kegiatan melestarikan            lingkungan hidup.
            b) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam mengelola lingkungan hidup dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah. Beberapa slogan untuk membangun kepedulian lingkungan misalnya kebiasaan memilah sampah, menjaga kebersihan, mendaur ulang sampah, dan menghemat kertas air, dan listrik. c) Pemantauan secara kontinyu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter. Beberapa hal yang selalu dipantau antara lain: kedisiplinan membuang sampah sesuai dengan tempatnya, kebiasaan merawat tanaman yang ada di taman sekolah, dan kebiasaan menghemat kertas dan listrik, dan kebiasaan lainnya.
Efektivitas Implementasi
       Sebuah kata bijak menyatakan bahwa menabur kebiasaan akan menuai karakter. Indahnya kehidupan yang diwarnai dengan bentuk pribadi yang peduli lingkungan tak lepas dari kebiasaan yang dibangun. Beberapa landasan yang harus dimiliki sekolah yakni landasan visi, misi, dan tujuan sekolah dalam pengelolaan lingkungan. Landasan kedua adalah komitmen, motivasi, dan kebersamaan dan landasan ketiga adalah kontrol, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.
       Membangun karakter peduli lingkungan di sekolah memerlukan tiga pilar. Pilar yang dipakai untuk mewujudkan sekolah berkarakter peduli lingkungan meliputi tiga hal. Pertama, membangun watak, kepribadian dan moral. Kedua, membangun kecerdasan majemuk. Ketiga, kebermaknaan pembelajaran. Agar ketiga pilar itu tetap pada landasan yang kokoh, maka diperlukan kontrol agar segala upaya sesuai dengan skenario yang ada.
       Dari seluruh kajian itu menyimpulkan bahwa kebutuhan pengelolaan lingkungan  pada pendidikan karakter peduli lingkungan sebagai pondasi kelestarian dan kebermanfaatan lingkungan hidup bagi manusia serta usaha meminimalisasi musibah karena pengelolaan lingkungan yang salah, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Karena itulah sangat diperlukan apresiasi mendalam sehingga berakumulasi pada munculnya pribadi-pribadi generasi mendatang yang memiliki tanggung jawab moral dalam pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik.
            Keteladanan dan pembiasaan merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter peduli lingkungan di sekolah dan harus menjadi pijakan menuju pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. Keteladanan dan pembiasaan harus tercermin dalam program-program yang dicanangkan sekolah dan akan terlihat perwujudannya dalam sikap dan kepedulian berprilaku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Jika ada sinergi antara sekolah dan rumah dalam membangun kepedulian terhadap lingkungan, maka anak-anak akan mampu menjadi agen perubahan lingkungan yang berkualitas di masa datang.
            Dari kesimpulan tersebut, pembentukan karakter peduli lingkungan melalui keteladanan dan pembiasaan sebagai pondasi mencapai lingkungan hidup yang berkualitas tentu masih perlu dikritisi dan dievaluasi sehingga dari tahun ke tahun perkembangan pendidikkan karakter khususnya karakter peduli lingkungan di sekolah semakin efektif. Anak-anak bangsa akan semakin optimis untuk menyelamatkan lingkungan hidup dengan kesiapan mental yang jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya.

Pengertian K3 di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat

Pengertian K3 di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat

 
1. KEINDAHAN
   Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.

2. KEBERSIHAN
   Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih.

3. KETERTIBAN
  Keadaan menjadi lebih tenang, damai, aman, dan sentosa. Bahkan, dengan adanya ketertiban itulah terselenggaralah kehidupan di dunia dan alam semesta ini.
PENILAIAN K3 DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
1.    Penilaian Ketertiban

Masyarakat yang tertib adalah masyarakat yang mampu menjaga sikap dan perilaku mereka sesuai peraturan yang tertulis atau tidak tertulis di dalam lingkungannya.Peraturan yang tertulis berupa hukum,seperti undang-undang peraturan daerah,peraturan pemerintah,dan banyak lagi jenisnya.Sedangkan peraturan tidak tertulis bisa berupa nilai-nilai yang di anut di suatu daerah tertentu seperti kebiasaan dan tata cara.
Untuk menilai kondisi ketertiban dalam lingkungan sekitar,ada beberapa indicator yang bisa di pakai yaitu:
-        Ada atau tidaknya peraturan mengenai ketertiban di lingkungan.
-        Lingkungan tersebut bebas polusi udara,polusi suara,polusi air,dan tanah.
-        Terlihat efek dari ketertiban yaitu lingkungan yang teratur.
Lingkungan yang dapat di nilai:
a)    Ketertiban di rumah
b)    Ketertiban di sekolah
c)    Ketertiban di lingkungan sekitar lainnya
2.    Penilaian Kebersihan
JIka kita hidup di lingkungan yang bersih,maka kesehatan sebagai harta yang paling berharga akan mudah di rasakan.Selain menjaga kebersihan diri,maka kebersihan pada lingkungan juga patut di perhatikan.
Untuk menilai kondisi kebersiahan di lingkungan sekitar,ada beberapa indicator yang bisa di pergunakan yaitu:
-       lingkungan tersebut bebas polusi atau pencemaran lingkungan,misalnya polusi udara,suara,dsb.
-       lingkungan tersebut tidak memiliki wabah penyakit menular minimal selama 2 tahun terakhir.
-       masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut memiliki kesadaran akan kebersihan dengan memisahkan dan menangani sampah mereka.
Lingkungan yang di nilai adalah sbb:
a.    Kebersihan di rumah
b.    Kebersihan di sekolah
c.    Kebersihan di lingkungan sekitar lainnya.
3.    Penilaian Keindahan
Keindahan identik dengan sesuatu yang berbau fisik,nyata,bisa,di lihat atau di rasakan.Indra manusia berperan besar dalam menilai sesuatu menuntut keindahannya,mata,hidung,dan telinga:terutama untuk menilai kondisi keindahan lingkungan di sekitarmu ada beberapa indicator yang bisa dipakai.
-        lingkungan yang indah dapat dilihat secara nyata(dengan indra manusia lainnya juga)tertata indah.
-        manusia yang berada di lingkungan tersebut merasa nyaman dan betah berada di sekitarnya.
-        lingkungan yang indah manusia yang berada di lingkungan tersebut memiliki kualitas kehidupan lebih baik,misalnya lebih kreatif,lebih tenang,dsb.
Lingkungan yang dinilai keindahannya adalah sbb:
a.    Keindahan di rumah
b.    Keindahan di sekolah
c.    Keindahan di lingkungan sekitar lainnya.
 
Penilaian k3 di lingkungan sekolah 
1.  Hidup tertib dan indah di lingkungan sekolah
      Sekolah adalah tempat kita menimba ilmu, dan juga berhubungan dengan lingkungan, jika lingkungan sekolah kita kotor, tidak tertib, tidak terawatt, maka akan memberikan kesan tidak nyaman pada saat kita belajar. Dan disinilah kita menyadari bahwa betapa pentingmya hidup tertib dan indah di lingkungan sekolah, jika hidup tertib bisa kita laksanakan, maka kebersihan dan ketertiban akan terjamin keadaannya, dan juaga memberikan kesan keindahan pada lingkungan sekolah kita.
Hal – hal yang harus ada bila ingin hidup tertib dan indah di lingkungan sekolah :
a. Tata tertib siswa di lingkungan sekolah 
        Contoh  : menekankan  peraturan - peraturan tentang K3 seperti 
                        dilarang buang sampah, merusak lingkungan sekolah 
                        dan lain lain, supaya tercapai ketertiban di lingkungan 
                        sekolah.
                            
 b. Kebersihan dan keindahan di lingkungan sekolah
        Contoh : Demi tercapainya kebersihan dan  keindahan di 
                        lingkungan sekolah, perlu adanya mengadakan 
                        praktek pendidikan lingkungan hidup seperti 
                        membersihkan kelas,  lapangan dan  kebun sekolah.
                           
2.  Nilai – nilai K3 di lingkungan sekolah
    Nilai – nilai K3 adalah ketertiban, kebersihan, dan keindahan nilai – nilai K2 bisa di tekankan pada masyarakat di suatu lingkungan dengan secara bertahap, yaitu tahap pertama adalah perlu ditekanya ketertiban pada masyarakat. ketertiban tersebut juga harus di laksanakan dari hal – hal yang kecil terlebih dahulu seperti buang sampah pada tempatnya dan yang lainya, sampai hal – hal yang besar lainya. Dan setelah ketertiban maka akan tercapai kebersihan lingkungan, bersih dari sampah, pencemaran, dan lainnya, setelah tercapai kebersihan, maka akan memberikan kesan bernilai keindahan pada lingkungan.
3.  Menciptakan keindahan dan penghijauan
      menciptakan keindahan pada lingkungan harus ada usaha – usaha seperti menekan nilai – nilai K3 kepada masyarakat, membuat peraturan – peraturan  tentang kebersihan dan penghijauan. Penghijauan sangat penting untuk pelestarian lingkungan, berguna untuk mengurangi pencemaran udara, mencegah bencana alam seperti banjir dan longsor, dan juga mengurangi resiko penipisan lapisan ozon.
1.    kebersihan : membuang sampah pada tempatnya, menyapu lantai yang kotor, menghapus papan tulis, membersihkan toilet sesudah buang air
2.    keindahan : merawat tanaman, menanam pohon, menyiram tanaman, merapihkan tempat duduk, tidak mencorat coret fasilitas sekolah
3.    ketertiban : mengenakan PSAS lengkap dengan atribut, merapikan PSAS, tidak memakai jaket di lingkungan sekolah, membereskan mukena bila telah menggunakannya, tidak keluar kelas saat guru tak ada di kelas, bila tidak ada guru tidak berisik sehingga tidak mengganggu kelas lain yang sedang belajar, tidak merusak fasilitass sekolah
Peraturan Perundang-Undangan Tentang Ketertiban, Kebersihan Dan Keindahan (K-3)
a.    bahwa keadaan lingkungan yang tertib, bersih dan indah merupakan salah satu pencerminan dari kehidupan masyarakat yang berbudaya, oleh karena itu harus senantiasa dipelihara;
b.    bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan yang diatur dalam Peratuan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Kebersihan Keindahan dan Ketertiban perlu disesuaikan;
c.     bahwa pengaturan tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.
Demi mencegah terjadinya pelanggaran social sebaiknya kita mencegah dan hal tersebut sebagai berikut
Ketertiban siswa sering kali kita dengar sebagai suatu masalah di sebuah sekolah , apalagi pada jenjang sekolah menengah yang siswa- siswanya beranjak dewasa dan mulai belajar mengenal jati diri pribadinya.dimana siswa sering melakukan pelanggaran di sekolah. Kondisi yang tidak menguntungkan dan cukup memprihatinkan ini, sekolah secara umumnya membentuk Tim Ketertiban Sekolah agar sekolah menjadi lebih baik. Namun sering kali tidak efektif dan mengalami banyak halangan serta hambatan dilapangan. Selain harus mengeluarkan dana tambahan dengan membentuk tim ketertiban, namun sering kali tidak efektif karena tidak didukung oleh guru- guru yang lainnya dan keterbatasan guru serta kepeduliannya kurang terhadap siswa.
Siswa secara psikologis menurut Mulyani (1988) pada umur 12 - 18 tahun dimana perkembangan anak digolongkan sebagai remaja yang mempunyai keinginan baru dan membutuhkan sarana aktivitas yang lebih untuk menumpahkan segala kegiatannya sehingga dengan minimnya sarana dan prasarana mudah membuat siswa akhirnya dapat menimbulkan permasalahannya dari ketertibannya.
Input siswa yang serba kekurangan yang merupakan sisa dari sekolah- sekolah favorit dimana sekolah yang tidak favorit menjadi tempat pelimpahan dari siswa yang perilaku siswanya sering tidak masuk katagori baik akhirnya menjadi masalah ketertiban sekolah semakin meningkat.
Peran orang tua dalam hal kepedulian ketertiban sekolah sangat besar dalam pembentukan psikologis siswa karena waktu yang dipergunakan lebih banyak di rumah dan lingkungannya. Pergaulan serta teman bermain sangat menentukan perkembangan anak. Pengawasan masyarakat dan kontrol umpan balik masyarakat sangat diperlukan mengingat perilaku siswa diluar sekolah melambangkan kualitas penanganan sekolah tersebut..
Apalagi dalam situasi keluarga pasca modern dengan kesibukan kedua orang tuanya sehingga mereka tidak mampu mengawasi anaknya dengan baik. akan membawa dampak terhadap pelanggaran ketertiban di sekolah. Menurut Anita ( 1996) hal ini disebabkan banyaknya suami istri bekerja sama- sama mencari nafkah, angka perceraian tinggi, sejumlah keluarga diasuh satu keluarga saja sehingga anak diasuh oleh pembantu atau lebih tepatnya dibesarkan pembantu.
Sebagai langkah awal dalam upaya untuk menanggulangi upaya ketertiban yaitu
1.    Meningkatkan disiplin anak & sedikit demi sedikit mengurangi indisipliner pembelajaran
2.    Mewujudkan kinerja sekolah.yang dinamis, mengasyikkan, menyenangkan & mencerdaskan
3.    Mengadakan antisipasi dalam mengatasi berbagai hal dalam proses pembelajaran.
Menurut Nursisto (2002) ada beberapa langkah yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi ketertiban sekolah dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketertiban yang ada di sekolah.
A.   Langkah strategis mencegah siswa yang suka mencoret- coret .

Menggalakkan pelaksanaan kegiatan 6 K.
1.    Tempat duduk siswa sesuai dengan denah yang telah ditentukan.
2.     Sebulan sekali diadakan bersih lingkungan sekolah termasuk didalam kelas.
3.    Setiap satu satu semester dilakukan kerja bakti massal sekolah.
4.    Dicantumkan sanksi bagi pelaku corat coret didalam tata tertib sekolah.
5.     Dalam suatu kesempatan tertentu diberikan tugas oleh guru agar siswa membuat karangan bertemakan corat coret.
6.    Satu atau dua menit setiap jam pelajaran berlangsung, guru memeriksa lingkungan didalam kelas.
7.    Dilaksanakan lomba kebersihan dan keindahan kelas dalam setiap event kegiatan sekolah.
8.    Bila tingkat kesadaran para siswa sudah tumbuh, piket membersihkan ruangan dilakukan siang hari.
B.   Langkah mencegah Siswa membawa alat main dan buku porno.
1.     Sering dilakukan rasia dengan tiba- tiba. Tim ketertiban secara mendadak masuk dalam semua kelas serentak dan isi tas satu persatu diperiksa dengan teliti.
2.     Menyita barang terlarang yang kedapatan di dalam tas atau tersimpan dalam meja siswa
3.     Ketika sedang mengajar guru memperhatikan kondisi siswa.
4.     Ketika mengajar guru sesekali memberikan pertanyaam kepada siswa.
5.     Posisi guru mengajar jangan hanya selalu didepan kelas, kadang kala di belakang kelas.
6.     Mencantumkan pelarangan membawa barang yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.
7.     Guru BP diaktifkan peranannya agar jangan melakukan hal- hal terlarang tadi.
C.   Langkah mencegah Siswa merokok dan membawa narkoba lebih pelik dibandingkan keduanya, langkahnya sebagai berikut :
1.     Dilakukan penggeledahan isi tas siswa.
2.     Secara khusus sekolah melakukan pengawasan kepada beberapa siswa yang patut dicurigai.
3.      Pihak sekolah melakukan kerja sama dengan pihak- pihak lain di luar sekolah misalnya warga sekitarnya, kepolisian dan pemerintah setempat.
4.     Memberikan laporan secepatnya kepada orang tua apabila siswa terjadi tanda- tanda menggunakan rokok dan narkoba.
5.     Diadakan ceramah penyuluhan tentang bahaya merokok atau mengkonsumsi narkoba oleh pihak yang berkompetensi.
6.     Perlunya dikembangkan budi pekerti yang dikaitkan dengan pelajaran agama.
7.     Orang tua mengisi surat pernyataan bahwa bila ternyata anaknya terlibat pelanggaran merokok dan narkoba sanggup dikeluarkan.
D.   Langkah mencegah perkelahian siswa dilingkungan sekolah maupun luar sekolah.
1.     Sekolah menyediakan media penyaluran bakat dan minat siswa sehingga mampu menyalurkan energinya yang secara berlebihan lewat kegiatan ekstra kurikuler yang diadakan sekolah.
2.     Dibentuknya tim- tim olah raga dan seni di bidang- ekstra kurikuler.
3.     Pembuatan program- sekolah dengan memberi peluang untuk siswa agar mampu menuangkan prestasi dan hasil seninya.
4.     Perlunya kerjasama dengan pihak pengurus OSIS yang ada di lingkungan sekolah lainnya dalam upaya agar kalau terjadi sesuatu hal maka dapat menjadi penengah.
5.     Dilakukan program bersama dan kegiatan terpadu dalam kegiatan pengurus OSIS yang ada dilingkungan sekolah lainnya pada saat momen yang tepat.
E.   Langkah mencegah siswa tidak menggunakan seragam dan kelengkapan dengan baik
1.     Guru meluangkan waktu sebentar untuk mengingatkan da menegur siswanya disetiap awal pelajaran dimulai terutama jam pertama pelajaran agar selalu menggunakan pakaian secara baik.
2.     Adanya kontinuitas dari petugas BP dan Tim ketertiban agar melakukan penertiban seragam yang tidak sesuai ketentuan.
3.      Melakukan razia secara mendadak dengan menertibkan siswa yang bajunya tidak sesuai dengan ketentuan.
4.     Mencantumkan sanksi bagi siswa yang tidak menggunakan seragam sesuai ketentuan didalam tata tertib sekolah.
F.    Langkah dalam membuat tabel point disiplin siswa.
1.     Diperlukan komitmen dari guru dan siswa mengenai apa saja yang dapat dijadikan ukuran dalam meningkatkan disiplin sekolah serta disepakati bersama dalam tabel point disiplin siswa.
2.     Diperlukan sosialisasi ke siswa dan orang tua berkaitan tabel point kedisplinan siswa di sekolah
3.     Orang tua mengisi surat pernyataan bahwa bila ternyata anaknya terlibat pelanggaran point kedisplinan sekolah dan sanggup dikeluarkan.
4.     Diberikan reward penghargaan bagi siswa dan kelas yang point melanggarnya rendah.
5.     Adanya kontinuitas dari petugas BP dan Tim ketertiban agar melakukan evaluasi kegiatan berkaitan dengan tabel point kedisplinan siswa.
6.     Mengumumkan secara kontinu siswa dan kelas yang mempunyai point kedisplinan yang tertinggi dan terendah.
Didalam upaya ketertiban siswa di sekolah, tidak hanya siswa saja yang dijadikan obyek yang selalu disalahkan namun diperlukan juga manajemen sekolah yang baik agar dalam pelaksanaan ketertiban sekolah dapat berjalan dengan baik.
Langkah- Langkah yang dilakukan sekolah berkaitan dengan ketertiban sekolah.
1.     Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara baik.
Sering kali pelanggaran ketertiban siswa muncul diawalai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang kurang baik dan sistem inval dari guru piket tidak berjalan secara baik, apabila guru tidak masuk karena sesuatu hal maka sering kali kelas kosong dan tidak ada pengawasan dari guru. Sehingga diperlukan suatu system kerjasama antara pihak- pihak yang ada di sekolah baik guru, siswa , orang tua dan kepala sekolah sebagi manajer disekolah dapat dilakukan secara baik
2.     Penuntasan Peserta Didik Bermasalah.
Dengan menangani anak didik yang bermasalah secara tuntas dengan segera maka dapat mencegah timbulnya masalah- masalah yang semakin banyak dan menumpuk sehingga tertanganinya anak didik bermasalah secara baik pula. Disini peran petugas BP dan wali kelas sangat besar dalam upaya membina anak didiknya dikelas
3.     Pembinaan Keimanan & Ketaqwaan (Imtaq).
4.     Dalam membangun Imtaq siswa tidak hanya beban dari orang tua saja namun diperlukan kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat sekitarnya. Perpijak dari hal tersebut baik orang tua, sekolah dan masyarakat melakukan pengawasan dan pengendalian agar mampu membina siswa dengan melakukan kegiatan keagamaan di sekolah dan dimasyarakat bila perlu dikembangkan MPMBI (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Imtaq) di sekolah.(Tirto Adi: 2002)
Hal hal yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan ketertiban sekolah terhadap :
a.     Siswa .
Dengan mendukung terwujudnya visi, misi sekolah yang aman dan adil. Sebahagian siswa yang acuh tak acuh dilibatkan peranannya dalam kegiatan disekolah.
Dan dikembangkan pada siswa semangat dan merasa bangga punya disiplin poin yang rendah
b.     Guru.
Guru mendukung dalam menjalankan disiplin yg komprehensif dan diperlukan sosialisasi dalam hal ketertiban sekolah bagi guru yang masih belum memahami esensi yg sebenarnya. Perlu dikembangkan perasaan bangga karena anak didik tunjukkan sikap disiplin yg dikehendaki dan meningkatkan motivasi dalam hal menangani anak bermasalah.dan tidak menjadi beban terhadap diri-sendiri.
c.    Orang tua dan Masyarakat

Mendukung sekolah.yang punya disiplin sekolah yang seperti ini. Untuk sebahagian masih ada yang kurang mengerti diperlukan sosialisasi agar mengerti perlunya ketertiban di sekolah. Dikembangkan rasa bangga karena ada perubahan pada sikap anak mereka setelah anaknya dibina di sekolah serta meningkatkan keterlibatannya di sekolah.